Posted by : Unknown Sabtu, 19 November 2016



I.                   PENDAHULUAN
Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsepinteraksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab akibat.Kombinasi dari interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang mengejutkan.Dalam berbagai bidang ilmu, interaksi memiliki makna yang berbeda.
Interaksi Psikologis diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku orang lain. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi melalui dorongan antar pribadi dan respon antar pribadi yang bersifat biologis. Proses tersebut berlangsung timbal balik dimana masing-masing bertindak dalam keseluruhan proses yang mempengaruhi atau mengakibatkan orang lain juga bertindak.
Dalam interaksi juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Khusunya dalam bidang dkawah
Bentuk-bentuk interaksi dan mad’u ada bermacam-macam. Begitupun proses interaksi dan manfaat da’i dan mad’u yang akan kami paparkan dalam makalah ini.

II.                RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian interaksi sosial ?
2.      Apa saja faktor yang mempengaruhi interaksi da’i dan mad’u ?
3.      Bagaimana Bentuk- Bentuk Interaksi Da’I dan Mad’u ?
4.      Bagaimana interaksi sosial dalam proses dakwah ?
 
III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Interaksi Psikologi
Homans ( dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan Interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Sedangkan menurut Shaw, Interaksi Psikologis adalah suatu pertukaran antar pribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal ini senada dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi Psikologis sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
Hubungan manusia dengan manusia (interaksi ) berkisar pada usaha menyesuaikan diri baik bersikap autoplastis maupun aloplastis sesuai keadaan (keinginan), dimana individu yang satu menyesuaikan diri dengan individu yang lain.
Dengan demikian maka Interaksi adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain. Melalui dorongan antar pribadi tersebut seseorang yang bersifat biologis lambat laun berubah menjadi makhluk hidup atau pribadi, proses tersebut berlangsung timbal balik, masing – masing bertindak dalam keseluruhan proses yang mempengaruhi atau menyebabkan yang lain juga bertindak. Interaksi sosial dengan demikian merupakan perilaku timbal balik, suatu perilaku dimana masing – masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan diri dengan tindakan yang akan dilakukan orang lain.[1]
Interaksi sosial diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku orang lain. Perubahan tingkah laku tersebut  terjadi melalui dorongan antar pribadi dan respon antar pribadi yang bersifat biologis. Proses tersebut berlangsung timbal balik dimana masing-masing bertindak dalam keseluruhan proses yang mempengaruhi atau mengakibatkan orang lain juga bertindak.
Interaksi sosial yang demikian merupakan prilaku timbal balik dimana masing-masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan diri dengan tindakan yang dibutuhkan orang lain. Karena dalam interaksi psikologis ada tindakan saling mempengaruhi, timbullah kemungkinan-kemungkinan untuk saling merubah dan memperbaiki perilaku masing-masing secara timbal- balik bail disadari maupun tidak.[2]
B.     Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Psikologi Da’I dan Mad’u
Diantara factor- factor yang mempengaruhi interaksi psikologi adalah sebagai berikut:
1.      Factor Imitasi
Factor dasar dari interaksi social yang menyebabkan keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku orang banyak. Yang dimaksud dengan proses imitasi adalah seperti tiru meniru, dan ikut ikutan. Proses imitasi diawali oleh timbulnya sebuah gagasan ( keyakinan baru) di dalam masyarakat sebagai perangsang pikiran. Gagasan itu lalu dirumuskan   oleh individu berbakat tinggi yang kemudian menjadi ide baru, ide baru ini lalu diimitasi dan dsebarkan oleh orang banyak dalam masyarakat.
2.      Factor Sugesti
Suatu proses dimana seorang individu dapat menerima suatu cara penglihatan atau pedoman – pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Dalam proses sugesti, seorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang diterima oleh orang lain di luar dirinya. Sugesti dapat terjadi dengan mudah pada keadaan – keadaan tertentu, seperti :
a.       Sugesti karena hambatan berfikir.
Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang dikenai sugesti mengambil pandangan – pandangan orang lain tanpa memberikan pertimbangan – pertimbangan dan kritik terlebih dahulu, hal itu lebih mudah terjadi apabila individu berada dalam keadaan hilang cara berfikir kritis.
b.      Sugesti karena keadaan pikiran terpecah – pecah.
Pikiran terpecah – pecah juga dapat mempercepat proses sugesti. Sugesti ini dapat dilihat pada keadaan seseorang yang sedang bingung.
c.       Sugesti karena otoritas
Dalam hal ini orang cenderung menerima pandangan atau sikap tertentu apabila pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh orang – orang yang ahli dibidangnya yang dianggap memiliki otoritas.
d.      Sugesti karena mayoritas.
Individu dalam masyarakat akan menerima suatu pandangan atau ucapan apabila pandangan itu dibantu oleh mayoritas anggota masyarakat tersebut dan cenderung menerima pandangan itu pertimbangan lebih lanjut.
3.      Factor Identifikasi
Identivikasi berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri anak untuk menjadi sama seperti ayah atau ibunya. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi seorang anak .secara tidak sadar seorang anak akan mengambil sikap – sikap orang tua yang dapat ia mengerti mengenai norma dan pedoman tingkah laku sejauh kemampuan  yang ada pada anak tersebut, dalam proses identivikasi seluruh system norma, sikap, tingkah laku orang tua harus dapat dijadikan system norma dan cita – cita seorang anak.
4.      Factor Simpati.
Simpati merupakan proses sadar bagi diri manusia yang merasa simpati terhadap orang lain. Dalam hal simpati, hubungan yang timbal balik akan menghasilkan suatu hubungan kerjasama, di mana individu yang satu ingin lebih mengerti dengan individu yang lain secara lebih mendalam, sehingga individu tersebut dapat merasa berfikir dan bertingkah laku seolah – olah ia adalah individu yang lain.[3]
C.    Bentuk- Bentuk Interaksi Da’I dan Mad’u
Menurut Soerjono Soekanto ada empat bentuk interaksi sosial, yaitu kerja sama (cooperatin), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict), dan akomodasi atau penyesuaian diri (accomodation), untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : 

A.       Kerjasama (cooperation)
Kerjasama adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama adalah suatu usaha bersama orang per orang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang bersama.
Timbulnya kerjasama karena kesadaran adanya kepentingan bersama. Kerjasama menjadi kuat apabila ada musuh bersama atau ancaman bersama. Kerjasama juga dapat bersifat agresif apabila kelompok mengalami kekecewaan dan perasaantidak puas.
Kebudayaan adalah hal yang mendorong terjadinya kerjasama. Bentuk kerjasa masyrakat Indonesia yang tradisional disebut gotong royong. Bentuk –bentuk kerjasama antara lain :
a.       Kerjasama spontan, kerjasama yang timbul karena serta merta atau spontan.
b.      Kerja sama langsung, kerjasama ynag timbul karena adanya perintah atasan atau penguasa.
c.       Kerjasama kontrak, kerjasama karena adanya kepentingan tertentu.
d.      Kerjasama tradisional, kerjasama sebagai unsur sistem sosial, misalnya gotong royong, gugur gunung, dan tolong menolong.
Kerjasama ditinjau dari pelaksanaanya ada lima bentuk, yaitu :
a.       Kerukunan (gotong royong dan tolong menolong)
b.      Bergaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
c.       Kooptasi, yaitu suatu proses penerimaan unsur- unsur baru dalam kepempinan dan pelakanan politiksuatu organisasi, sebagai suatu cara untuk mengatasi kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
d.      Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
e.       Join venture, yaitu kerjasama dalam pelaksanaan proyek- proyek tertentu, misalnya perfilman, pemborongan minyak, pertambangan, dan perhotelan.
B.      Persaingan (cooperation)
Persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia
bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada.
Bentuk persaingan antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan, serta persaingan ras.
Fungsi persaingan antara lain sebagai berikut :
1.      Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif.
2.      Sebagai jalan agar keinginan, kepentingan, dan nilai- nilai tersalur dengan baik.
3.      Untuk menyaring goongan fungsional.
Faktor yang terkait dengan persaingan yaitu, kepribadian seseorang, kemajuan, solidaritas kelompok dan disorganisasi.
C.       Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertentangan atau persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan cara menantang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan adalah perbedaan antara individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.
Bentuk- bentuk pertentangan antara lain pertentangan pribadi, pertentangan rasial, pertentangan antar kelas sosial, pertentangan politik dan pertentangan yang bersifat internasional.[4]
D.      Akomodasi (accomodation)
Akomodasi merupakan adanya perbedaan sehingga timbul adaptasi dengan kelompok lain yang menimbulkan kerjasama yang baik.
Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya:
-          Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
-          Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing           mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
-          Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri
-          Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan yang ada.
-          Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu tujuan bersama.
-          Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan.
-          Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.[5]

D. Interaksi sosial dalam proses dakwah
Kegiatan dakwah adalah sebuah proses sosial di mana di dalam setiap proses dakwah terdapat factor yang saling berhubungan dan memengaruhi antara satu factor dengan factor yang lainnya. Factor-faktor tersebut adalah :

a.    Pelaksana Dakwah (Da’i)
Da’I merupakan kunci yang menentukan keberhasilan dan kegagalan dakwah.Oleh karena itu, dalam factor ini terdapat cirri-ciri serta persyaratan-persyaratan jasmani maupun rohani yang sangat kompleks bagi pelaksana yang sekaligus menjadi penentu dan pengendali sasaran dakwah.
b. Objek Dakwah (Mad’u)
Objek atau sasaran dakwah berupa manusia yang harus di bimbing dan dibina menjadi manusia beragama sesuai dengan tujuan dakwah.Objek dakwah dilihat dari aspek psikologis memiliki variabilitas yang luas dan rumit menyangkut pembawaan dan pengaruh lingkungan yang berbeda yang menuntut pendekatan berbeda pula.
c. Lingkungan Dakwah
Lingkungan dakwah adalah suatu factor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan sasaran dakwah, berupa individu maupun kelompok manusia serta kebudayaan.
d. Media dakwah
Media dakwah adalah factor yang dapat menentukan kelancaran proses pelaksanaan dakwah. Factor ini disebut juga defent variables, artinya dalam penggunaannya atau efektivitasnya tergantung pada factor lain terutama orang yang menggunakannya.
e. Tujuan Dakwah
 Tujuan dakwah adalah suatu factor yang menjadi pedoman arah proses yang dikendalikan secara sistematis dan konsisten.
Dalam kegiatan dakwah selalu terjadi proses interaksi, yaitu hubungan antara da’I di satu pihak dan mad’u (objek dakwah) di pihak lain. Interaksi dalam proses dakwah ini ditujukan untuk mempengaruhi mad’u yang akan membawa perubahan sikap sesuai dengan tujuan dakwah yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.[6]

IV.                KESIMPULAN
                  Interaksi adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku yang laindapat timbul berbagai dampak dari interaksi timbal-balik antara satu dan yang lainnya, baik dampak positif maupun negatif adapun kaitannya dengan para pegiat dakwah. Adapun factor dasar interaksi yaitu factor imitasi, factor sugesti, factor identifikasi, dan factor simpati dimana seorang da’I harus mampu menguasai berbagai faktor interaksi sosial itu salah satunya menumbuhkan rasa simpati pada mad’u. dan adapun juga bentu-bentuk interaksi yang meliputi kerja sama (cooperatin), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict), dan akomodasi atau penyesuaian diri (accomodation).     
    Dalam kegiatan dakwah selalu terjadi proses interaksi sosial, yaitu hubungan antara Da’i dan Mad’u. Interaksi sosial dalam proses dakwah ini ditujukan untuk mempengaruhi mad’u yang akan membawa perubahan sikap prilaku seperti mempererat tali perasaudaraan dengan silaturahmi dan meneladani kepribadaian yang baik dari sang Da’i. Dengan demikian tujuan dakwah yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.







[1] Arifin, PsikologiDakwah, 1993, (Jakarta:Bumiaksara), Hlm. 68-70
[2] FaizahdanLaluMuchsinEffenddi, PsikologiDakwah, 2006, (Jakarta:Predana Media Group), hlm.130-136
[3] Janu Murdiyatmoko, Sosiologi (Memahami dan Mengkaji Masyarakat), 2007, Bandung : Grafindo Media Pratama, hal 68-69
[4] Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, 2002, Jakarta : Buku Kedokteran EGC, hal 268 dan 269

[5] http://fara-cantika.blogspot.com/2012/11/bentuk-bentuk-interaksi-dan-interaksi.html, di unduh Senin, 05 Mei 2014
[6] FaizahdanLaluMuchsinEffenddi, PsikologiDakwah, 2006, (Jakarta:Predana Media Group), hlm. 136-138

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Ala "Fatma Suri Alfian" - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -