Posted by : Unknown Selasa, 15 November 2016



PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Konsep dasar dari ajaran dakwah pada dasarnya adalah hanya satu, yaitu mengajak manusia untuk bersama menuju ke jalan Tuhan. Adanya doktrin fundamental dakwah, secara teoretikal, diakui oleh seluruh umat Islam sebagai konsesus dan pengetahuan umum yang tak perlu dipertanyakan lagi. Walaupun demikian, secara praktikal pengetahuan umum ini dalam sejarah mengalami proses pemahaman dan kontekstualisasi.
Dalam bentuknya yang actual seperti juga yang pernah terjadi pada bidang lain pengetahuan keislaman, konsep tunggal itu kemudian ditafsirkan umat Islam melaui proses dialektika cultural kontekstual dengan aneka ragam yang beraneka ragam. Dari proses dialektika tersebut, selanjutnya praktik dakwah tidak lagi tunggal, terejewantah dalam format pemikiran dan gerakan dakwah yang memiliki banyak warna dan alternative.
Pembahasan dalam makalah ini, akan membahas beberapa pemikiran atau paradima mengenai dakwah, yaitu, dakwah paradigma Tabligh, dakwah paradigma pengembangan masyarakat, dan social engeneering.

Rumusan Masalah
1.             Bagaimana Pemikiran mengenai Dakwah Paradigma Tabligh?
2.             Bagaimana Pemikiran mengenai Dakwah Paradigma Pengembangan Masyarakat ?
3.             Bagaimana Pemikiran mengenai Dakwah Paradigma Social Engenareeng ?



PEMBAHASAN

1.    Dakwah Paradigma Tabligh
Dikutip dalam buku Filsafat Dakwah karya Ilyas Ismail, Tabligh menurut bahasa Indonesia berarti adalah pidato atau ceramah. Tabligh merupakan bagian penting dari dakwah. Meskipun seperti itu, tabligh sebenarnya tidak diidentikkan dengan dakwah. Hal ini karena tabligh memiliki cakupan pengertian yang sempit dan praktiknya yang terbatas. Namun demikian, tabligh sebagai suatu proses penyampaian ajaran Islam merupakan bagian integral yang tidak mungkin untuk dilampaui. Karena bagaimanapun juga dakwah dengan cakupan garapannya yang luas itu, tidak mungkin dilakukan tanpa tabligh.
Kata tabligh itu sendiri sejatinya terkandung makna proses, yakni proses untuk mengusahakan sesuatu agar bisa sampai kepada tujuan akhir, baik dalam wujud tempo, ruang maupun keadaan. Walupun begitu, belakangan ini, istilah tabligh mengalami pereduksian makna. Tabligh tidak dipandang sebagai suatu proses dari tahapan panjang dakwah, tetapai justru menggeser posisi dakwah itu sendiri. Pola pikir ini hanya memandang dakwah tak lebih dari sekedar tabligh, yaitu : kegiatan penyampaian ajaran agama kepada khalayak ( public). Dari sini penyebutan dakwah menjadi akrab dikenal dengan sebutan tabligh.[1]
Perkembangan berikutnya dakwah dipandang tidak berbeda, alias identik dengan ceramah dan khotbah –khotbah. Penentuan kriteria da’I,mengikuti pola piker ini. Menjadi dibatasi hanya terhadap mereka yang aktif berceramah lewat mimar –mimbar, dan bukan kepada selainnya walupun tergolong aktif mewujudkan Islam lewat pemikiran atau tinndakan. Paradigm dakwah yang demikian, lebih lanjut dikenal dengan madzhab dakwah tabligh.[2]
Fenomena yang terlihat, kebanyakan praktik dakwah di dunia muslim boleh dibilang berada dalam kategori madzhab tabligh. Kenyataan ini diamini, terutama oleh mindset umat muslim yang masih sulit membedakan antara dakwah dan tabligh. Di Indonesia sendiri, pola piker demikian, dapai dilihat misalnya dalam penggunaan label dakwah untuk mewakili untuk penyebutan ceramah atau khotbah. Dalam implementasinya, dakwah madzhab tabligh memang tidak selalu sewarna. Misalkan pada level dunia Islam dikenal gerakan jamaah tabligh sebagai salah satu varian dari madzhab ini. Seperti namanya, gerakan ini boleh dibilang memiliki warna tabligh yang sangat kental.
Secara historis, gerakan dakwah dengan paradigm tabligh diprakarsai oleh seorang ulama dari India bernama Muhammad Ibn Ilyas Ibn Muhammad Ismail al-Khandalawy (1882-1943). Tokoh ini merupakan penganut akidah Maturidiyyah, fikih madzhab Hanafi dan pengikit tarekat sufi al-jisty sebuah tarekat tasawuf yang didirikan oleh Mu’inuddin al-Jisty.
Menurut para pendukung paradigma tabligh, umat muslim dibebani kewajiban untuk menyampaikan risalah Islam dan mengorbankan harta dan jiwa meeraka. Bagi mereka, tugas utama umat Islam adalah untuk berdakwah, mengajak ke jalan Allah dan menyebarkan agama, hidayah dan perdamaian dengan niat bekerja demi agama melampaui kerja demi kebendaan dan duniawi. Lebih dari itu, dakwah Islam membutuhkan orang –orang seperti para sahabat Rasulullah yang rela keluar dari rumahnya dan bertebaran di muka bumi untuk mengajak manusia menuju Islam yang kafah.
Pendekatan dakwah yang mesti dilakukan menurut paradigma ini adalah mengajak masyarakat melalui nasehat–nasehat dan membujuk mereka untuk berjihad dari lingkungan yang melalaikan kepada lingkungan masjid, mengembalikan mereka dari lembah maksiat kepada ketaatan Allah dan menjalani kehidupan mereka seari –hari sesuai dengan syariat Allah dan sunnah Rasul-Nya, baik hubungan mereka dengan Allah maupun makhluknya, baik dalam menunaikan perkara-perkara fardhu, sunnah, hingga kebiasaan sehari –hari. Dalam peristilahan paradigm tabligh, pendekatan dakwah yang berupa ajakan dan nasihat –nasehat tersebut dikenal dengan sebutan bayan/penjelasan.[3]
Dalam bingkai pemikiran dakwah tabligh mubaligh mesti mengenal pokok –pokok dakwah yang enam (ushul al-da’wah al-sittah). Adapun pokok dakwah : [4]yang petama adalah kembali kepada komitmen tauhid,yaitu kembali berusaha memahami hakikat pernyataan tauhid dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kaum muslimin, dengan cara menaati dan mengikuti semua perintah-Nya, menjauhi semua larangan-Nya, serta berserah diri hanya kepada Allah dan mengikuti semua sunnah Rasulullah baik berupa ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah.
Pokok yang kedua adalah khudu’ dan khusyu’, maksudnya berusaha segenap kemampuan untuk melakukan shalat dengan konsentrasi batin disertai dengan sikap tunduk dan rendah hati mengikuti cara yang dicontohkan Rasulullah. Sedangkan pokok yang ketiga adalah ilmu serta dzikir. Dalam hal ini, ilmu yang dimaksud bukanlah pengetahua tentang hokum-hukum agama, melainkan pengetahuan tentang keutamaan amalan –amalan. Pokok keempat adalah memuliakan kaum muslim, maksudnya adalah berusaha bergaul dengan baik dengan sesame muslim.
Pokok kelima dari dakwah tabligh adalah membersihkan niat, artinya meluruskan komitmen semula dengan mengembalikan semua amalan kepada tujuan awal, senantiasa mengoreksinya dari unsure-unsur keinginan duniawi seperti riya, sombong, dan lain-lain. Pokok terakhir dari paradigma dakwah tabligh adalah bepergian di jalan Allah. Maksudnya keluar dari rutinitas sehari–hari dan memfokuskan diri dan mencurahkan harta untuk tabligh.

2.    Dakwah Paradigma Pengembangan Masyarakat
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia pengembangan masyarakat dimaknai sebagai usaha untuk membangun masyarakat dari segenap aspeknya secara bertahap dan teratur menjurus kea rah atau tujuan yang dikehendaki. Jika pengertian ini dikaitkan dengan dakwah sebagai sosialisasi Islam, maka sekurangnya didapati dua hubungan mutualisme.[5]
Pertama, dari segi tujuan, dakwah dan perkembangan masyarakat memiliki keterkaitan yang mana memperkuat satu sama lain. Dakwah dimaksudkan untuk mewujudkan kebaikan dan kemajuan hidup di dunia dan akhirat. Hal itu pula sesungguhnya yang ingin dicapai oleh setiap usaha pengembangan masyarakat. Jadi, kalau seperti itu, dakwah sejatinya adalah jalan untuk mengembangkan masyarakat.
Kedua, dari segi metode dan pendekatan, dan pengembangan masyarakat memiliki hubungan yang saling melengkapi. Membangun masyarakat tidak cukup hanya pada satu aspek saja, dengan melupakan aspek yang lain. Lebih dari itu, membangun masyarakat harus dilakukan secara komprehensif.
 Terkait dengan perspektif ini, dakwah sebagai wahana sosialisasi Islam berkepentingan untuk menjaga sisi moralitas dan spiritualitas masyarakat, di samping ikut mendorong aksi pembangunan masyarakat dari sisi material. Demikian itu karena Islam sebagai tema sentral dakwah memahami manusia sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsure materiil dan spiritual.Konsekuensi logis pendekatan ini menilai bahwa pembangunan masyarakat dari aspek materiil saja dengan melupakan spiritualitas masyarakat sebagi usaha yang sia-sia belaka.
Dakwah paradigma pengembangan masyarakat lebih mengutamakan aksi dari pada wacana atau retorika (tabligh). Karena itu pemikiran dakwah ini tidak terkonsolidasi dalam sebuah madzhab formal tertentu yang sistematik dan dapat ditelaah sebagai rujukan. Kegiatan dakwah paradigma pengembangan masyarakat biasanya beraksi dalam bidang-bidang sosial, ekonomi dan pendidikan seperti penyuluhan –penyuluhan, pengembangan ekonomi mikro dan menengah.
Dari segi metode dakwahnya, paradigma dakwah pengembangan masyarakat berusaha mewujudkan dengan cara menjadikan Islam sebagai pijakan pengembangan dan perubahan sosial yang bersifat transformative-emansipatoris. Demikian itu karena menurut cara pandang dakwah pengembangan masyarakat, Islam adalah agama kemanusiaan-profetik. Dikatakan demikian karena Islam dilahirkan demi kepentingan kelangsungan hidup manusia dan untuk memberdayakan manusia dengan segenap potensinya sebagai wakil Allah di bumi.
Menurut Komarudin Hidayat, yang telah dikutip dalam buku karya Ilyas Ismail, agama itu dihadirkan untuk membantu mengembangkan seseorang dan masyarakat.demikian itu, sebab agama itu pada dasarnya adalah kemanusiaan dan profetik. Gerakan dakwah paradigma pengembangan masyarakat bekerja secara independen di luar institusi kenegaraan dan berusaha memperkuat civil society yang menjadi motor penggerak transformasi sosial.
Sebagai suatu pemikiran dan gerakan, madzhab dakwah pengembangan masyarakat ini memiliki kekuatan dan keunggulan. Setidaknya, madzhab ini telah berperan dalam memperbaiki paham masyarakat bahwa dakwah, sejatinya tidak hanya pidato (tabligh), tetapi jga transformasi sosial dan cultural menuju kualitas khaira ummah.
 Sasaran utama dakwah paradigma ini, adalah perbaikan kehidupan masyarakat dalam segala lini kehidupan dengan memanfaatkan dan pengembangan potensi-potensi yang ada pada masyarakat itu sendiri. Sebagai gerakan sosial, gerakan dakwah paradigma ini, menjaga jarak dan memelihara independensinya, dengan pemerintah dan kekuatan politik yang ada.

3.    Dakwah Paradigma Social Engeneering
Dalam konsep Islam, perubahan sosial (social change) pada sebuah masyarakat merupakan sunnatullah. Perubahan sosial yang terjadi pada masa sekarang sangat kompleks. Perubahan yang terjadi begitu cepat ini selain menimbulkan hal-hal yang postif, juga menimbulkan hal yang negatif. Bukan hanya di bidang ekonomi dan politik, tetapi lebih dari itu ia merambah bidang lainnya seperti hukum, budaya, dan moral.
Perubahan sosial di Indonesia terus berkkembang sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Pada abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20, secara kultural masyarakat Barat Modern menjadi agent of change. Secara politis maupun kultural, belanda menentukan corak dan arah perubahan sosial di Indonesia. Bersamaan dengan hal tersebut, Belanda mulai menampakkan kegiatannya dengan memberikan pelayanan konkret kepada masyarakat. Sampai hari ini, masalah yang dihadapi dakwah Islam semakin kompleks dan sebagai suatu sistem dakwah Islam dikelilingi berbagai masalah sosial, keagamaan, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.
Dengan munculnya kenyataan sosiokultural baru, lahirlah kesadaran baru di kalangan pendukung dakwah dan da’i secara silih berganti. Kesadaran ini dintai dengan berdirinya lembaga-lembaga dakwah seperti Syarikat Islam dan Muhammadiyah.[6] Sementara pada da’i dan pendukung dakwah sedang mencari orientasi dalam menentukan model yang hendak digunakan, perubahan sosiokultural yang digerakkan ilmu dan teknologi terus berlangsung. Dampak perubahan menyentuh langsung lembaga dan organisasi dakwah yang ditandai dengan ketidakmampuan melihat masalah secara jelas, tema dakwah yang lama mulai kehilangan relevansinya dan model dakwah yang ada tidak dapat untuk melihat dan memecahkan masalah yang merupakan upaya perubahan sosial, dan dalam bidang agama khususnya, belum memberikan alternatif pembangunan sistem dakwah agar dapat berfungsi secara efektif dan efisien.[7]
A.    Dakwah Bil Hal
Dakwah bil hal ini sangat dibutuhkan dalam paradigma social engeneering karena di dalamnya terdapat ajakan-ajakan kepada umat manusia untuk bersosial, dakwah bil hal mengajak umat manusia atau masyarakat dengan cara amal kerja nyata (hal) jadi tidak hanya dalam kontek tetapi juga penerapan teori yang telah di sampaikan. Dakwah bil hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam bentuk amal, kerja nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan lembaga pendidikan Islam, kerja bakti, mendirikan bangunan keagamaan, penyantunan masyarakat secara ekonomis, kesehatan atau behkan acara-acara hiburan kegamaan lainnya.
Dakwah bil hal merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan dengan tindakan nayata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah. Sehingga tindakan nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah. Mislanya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang membutuhkan keberadaan rumah sakit.
B.     Realitas Sosial Kontemporer
Perubahan sosial terjadi begitu cepat, seperti proses sekularisasi, sikap individualistik, hedonistik dan sektarianisme, meningkatnya kejahatan ekonomi dan politik dll. Perubahan sosial yaitu perubahan susunan kemasyarakat dari suatu sistem sosial pra indutrial (agraris mislanya) ke sistem sosial industrial. Terkadang disejajarkan dengan perubahan dari masyarakat pramodern ke masyarakat modern.
Terjadinya perubahan sosial, membawa dampak juga kepada proses dakwah Islam di kalangan masyarakat. Cara pandang, cara berfikir, cara bertindak masyarakat berubah dengan drastis terhadap fenomena keberagamaan masyarakat.
C.     Peranan Dakwah Islamiyyah
Dari berbagai bentuk perubahan sosial yang diungkapkan di atas, juru dakwah atau da’i perlu peduli dengan terus membaca perkembangan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Seorang da’i harus bisa memberikan solusi yang konstruktif, sesuai dengan ajaran Islam yang dinamis, transformatif dan menggerakkan umat manusia untuk bangkit dari segala bentuk keterbelakangan menuju cahaya iman dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Menghadapi objek dakwah yang berada dalam kondisi transisi, da’i harus mampu menginterpretasikan dakwah sebagai gerakan moral dan gerakan kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Agar dakwah yang dilaksanakan benar-benar fungsional dan mempunyai peranan transformatif, maka tugas da’i adalah mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Salah satunya adalah mencari penyebab mengapa perubahan sosial bisa terjadi.



PENUTUP

Kesimpulan

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa Tabligh merupakan bagian penting dari dakwah. Karena bagaimanapun juga dakwah dengan cakupan garapannya yang luas itu, tidak mungkin dilakukan tanpa tabligh.
Pendekatan dakwah yang mesti dilakukan menurut paradigma tabligh adalah mengajak masyarakat melalui nasehat–nasehat dan membujuk mereka untuk berjihad dari lingkungan yang melalaikan kepada lingkungan masjid, mengembalikan mereka dari lembah maksiat kepada ketaatan Allah dan menjalani kehidupan mereka seari–hari sesuai dengan syariat Allah dan sunnah Rasul-Nya, baik hubungan mereka dengan Allah maupun makhluknya, baik dalam menunaikan perkara-perkara fardhu, sunnah, hingga kebiasaan sehari–hari.
Pengembangan masyarakat dimaknai sebagai usaha untuk membangun masyarakat dari segenap aspeknya secara bertahap dan teratur menjurus kearah atau tujuan yang dikehendaki. Dakwah paradigma pengembangan masyarakat lebih mengutamakan aksi dari pada wacana atau retorika (tabligh). Kegiatan dakwah paradigma pengembangan masyarakat biasanya beraksi dalam bidang-bidang sosial, ekonomi dan pendidikan seperti penyuluhan –penyuluhan, pengembangan ekonomi mikro dan menengah.
Terkait Dakwah Paradigma Social Engeneering, terdapat beberapa implementasi yang harus diimplementasikan, diantaranya : Dakwah Bil Hal, Realitas Sosial Kontemporer, dan Peranan Dakwah Islamiyyah.






[1] Dr. A. Ilyas Ismail, M.A, Prio Hotman, M.A, 2011,FILSAFAT DAKWAH, Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, hal.215
[2] Dr. A. Ilyas Ismail, M.A, Prio Hotman, M.A, 2011,FILSAFAT DAKWAH, Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, hal.215
[3] Dr. A. Ilyas Ismail, M.A, Prio Hotman, M.A, 2011,FILSAFAT DAKWAH, Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, hal.218
[4] Dr. A. Ilyas Ismail, M.A, Prio Hotman, M.A, 2011,FILSAFAT DAKWAH, Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, hal.219-220


[5] Dr. A. Ilyas Ismail, M.A, Prio Hotman, M.A, 2011,FILSAFAT DAKWAH, Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, hal.226


[6] Amrullah Ahmad, Dakwah dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: PLP2M, 1983, hal. 3
[7] Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta : AMZAH, 2009, hal. 221-222

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. Casino de Monte Carlo – The Real Money Casino | DrmCD
    Welcome to DrmCD! 세종특별자치 출장마사지 We offer a comprehensive online 김포 출장안마 casino with everything from slots 제주 출장마사지 to blackjack to 광양 출장마사지 roulette 의왕 출장안마 and video poker.

    BalasHapus

- Copyright © Ala "Fatma Suri Alfian" - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -